„Rupanja Kau Tjiptakan Satu Undang-undang Baru? > 자유게시판

본문 바로가기
사이드메뉴 열기

자유게시판 HOME

„Rupanja Kau Tjiptakan Satu Undang-undang Baru?

페이지 정보

작성자 Agnes Whittaker 댓글 0건 조회 2회 작성일 24-11-02 16:56

본문

Lebih dahulu kita pastikan kepastian itu "Apakah definisi itu? 3. Definisi itu mesti general atau umum. Memang definsi sebisa-bisanya pendek, tapi mesti mengandung semua sifat penting. Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang lebih penting dari pada hasil itu sendiri. Yang penting buat saya, buat Madilog, ialah metode atau cara yang dijalankan untuk menguji benar tidaknya suatu teori. Raja-raja zaman purbakala itu hanya di dalam permulaannya sahaja orang-orang bangsa Hindu, - raja-raja itu kemudian adalah orang-orang Hindu-Indonesia, dan kemudian lagi orang-orang Indonesia-Hindu, yang adat-istiadatnya, cara-hidupnya, agamanya, cultuurnya, kebangsaan-nya, darahnya, rasnya berganda-ganda kali lebih Indonesia daripada Hindu, ya, akhirnya samase-kali Indonesia dan hanya "berbau" sahaja Hindu. Tokh dus, Rakyat jelata zaman purbakala itu diperintah oleh orang-orang bangsa Hindu? Marhaen Indonesia itu di zaman "Hindu", tatkala negeri Indonesia ber­nama merdeka dari Hindustan, adalah diperintah oleh raja-rajanya secara feodalisme: Mereka hanyalah menjadi perkakas sahaja dari raja-raja itu dengan segala bala-keningratannya, mereka tidak mempunyai hak menentukan sendiri putih-hitam nasibnya, mereka senantiasa ditindas oleh "kaum atasan" daripada masyarakat Indonesia itu, sebagai­mana kaum Marhaen di mana-mana negeri di muka bumi di zaman feodal­isme juga menderita nasib tertindas dan terkungkung. Mereka di Tiongkok mempunyai pemandangan yang lebih jauh dan hati yang lebih lapang.


Kata seperti, misalnya, contohnya dan umpamanya adalah kata-kata yang bersinonim sehingga pemakaiannya secara bersama-sama merupakan kelewahan atau mubazir. Pertempuran antara feodalisme-kuno dan feodalisme-baru itu, yang pada lahirnya mitsalnya berupa pertempuran antara Demak dan Majapahit, atau Banten dan Pajajaran -, pertempuran antara feodal­isme-kuno dan feodalisme-baru itulah seolah-olah membikin badan­ masyarakat menjadi "demam" dan menjadi "kurang-tenaga". Permainan ini dimainkan di lapangan yang luas dengan dua gawang di kedua ujungnya. Moga-moga risalah ini banyak dibaca oleh Marhaen. Mereka haruslah hidup dengan selamanya ingat bahwa miliknya dan nyawanya "nek awan duweke sang nata, Paito Warna Sgp nek wengi duweke dursila", yakni dengan selamanya ingat akan nasibnya perkakas, yang banyak kewajibannya tetapi tiada hak-haknya samasekali. Meskipun ada awan yang menutupi skuad, dengan kemampuan kepelatihan Vilda dan hubungan dengan pemain terbaiknya menjadi sasaran kritik keras yang mengakibatkan banyak bintang mereka dibekukan. Masyarakat Indonesia pada waktu itu adalah suatu masyarakat "in transformatie", yakni suatu masyarakat yang sedang asyik "berganti bulu": feodalisme-kuno yang terutama sekali feodalisme­nya Brahmanisme, yang tidak memberi jalan sedikitpun jua pada rasa-keperibadian, yang menginggap raja beserta bala-keningratannya sebagai titisan dewa dan menganggap Rakyat sebagai perkakas-melulu daripada "titisan dewa" itu, -feodalisme-kuno itu dengan pelahan­-pelahan didesak oleh feodalisme-baru, feodalismenya ke-Islam-an, yang sedikit lebih demokratis dan sedikit lebih memberi jalan pada rasa­ keperibadian.


zooey-deschanel-1362599081.jpg Adakah semua hal itu, sekalipun umpamanya didatangkan buat keperluan Kang Marhaen, bisa ditimbangkan dengan bencana-hidup yang disebar-sebarkan oleh modern­imperialisme di kalangan Kang Marhaen? Ya, imperialisme me­ngetahui ketinggian budi Marhaen itu: kuli-kuli yang ia lepas tidak usah diambil pusing, tokh nanti mereka dapat makan juga dari kawan-ka­wannya di desa-desa dan di kampung-kampung. Dengan teknologi ini, pemain dapat melakukan transaksi dalam hitungan detik, tanpa perlu khawatir tentang keamanan data pribadi atau kecepatan proses transaksi. Sebagai angin yang makin lama makin meniup, sebagai aliran sungai yang makin lama makin membanjir, sebagai gemuruhnya tentara menang yang masuk ke dalam kota yang kalah, maka sesudah Agrarische wet dan Suikerwet-de-Waal di dalam tahun 1870 diterima baik oleh Staten­Generaal di negeri Belanda, masuklah modal-partikelir di Indonesia, - mengadakan paberik-paberik gula di mana-mana, kebon-kebon teh di mana-mana, onderneming-onderneming tembakau di mana-mana, dan lain seba­gainya; tambahan lagi modal-partikelir yang membuka macam-macam perusahaan tambang, macam-macam perusahaan kereta-api, tram, kapal, atau paberik-paberik yang lain-lain.


Di dalam tempo yang kurang dari tigapuluh tahun itu, modern-imperialisme, yang senantiasa mengagul-agulkan ia punya "kesopanan" dan "ketenteraman umum", telah melihat kans "memperbaiki" nasib Marhaen dari setengah hidup menjadi setengah megap-megap! HIDUP PEKERJA TANGAN DAN OTAK ! Kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena ingin hidup yang lebih layak dan sempurna. Oleh karena itu, benar sekali perkataannya Caillaux, bahwa kini Eropah dan Amerika ada di bawah kekuasaannya feodalisme baru: "Tetapi kini kekuasaan feodal itu tidak digenggam oleh kaum tanah sebagai sediakala, kini ia digenggam oleh perserikatan-perserikatan industri yang selamanya bisa mendesakkan kemauannya terhadap kepada staat." Benar sekali juga perkataan de Brouckere, bahwa "demokrasi" sekarang itu sebenarnya adalah suatu alat kapitalisme, suatu kapitalistische instelling, suatu kedok bagi dictatuur van het kapitalisme! Mereka tak terkena hati bahwa baring yang dinamakan haibat-haibat itu adalah hatsilnya kapitalisme, alat-alatnya kapitalisme, dan bahwa Rakyat-jelata di negeri-negeri yang disebutkan "negeri jempol" itu adalah tertindas dan sengsara. Banjir-harta yang keluar dari Indonesia bukan semakin surut, tetapi malahan makin besar, drainage Indonesia malahan makin makan! Satu-per-satu negeri-negeri di Indonesia tunduk pada cakrawarti yang baru itu. Sedang kapitalisme ­tua belum kenal akan tempat-tempat-pekerjaan sebagai sekarang, belum kenal paberik-paberik sebagai sekarang, belum kenal industri-industri sebagai sekarang, belum kenal bank-bank sebagai sekarang, belum kenal perburuhan sebagai sekarang, belum kenal cara-productie sebagai seka­rang, - sedang kapitalisme-tua itu cara-productie-nya hanya kecil-kecilan sahaja dan di dalam segala-galanya berwatak kuno, maka kapitalisme ­modern adalah menunjukkan kemoderenan yang haibat sekali: tempat­-tempat-perkerjaan yang ramainya menulikan telinga, paberik-paberik yang asapnya menggelapkan angkasa, bank-bank yang tingginya mencakar langit, perburuhan yang memakai ribuan-ketian kaum proletar, pembikinan barang yang tidak lagi menurut banyaknya pesanan, tetapi pembikinan barang yang hantam-kromo banyaknya sampai bergudang-gudang.


댓글목록

등록된 댓글이 없습니다.